TANGGAPAN WAKTU DIANTARA KAPILAH POLITIK. ALI MUKHNI BUPATI MENJIWAI

Awang-gemawang rakyat sebelum pilkada usai telah membaur dalam sukacita. Kabupaten Padang Pariaman dalam 5 tahun mendatang bakal “berlayar bernahkoda, berjalan dengan yang tua, berkata dengan yang pandai” dengan pemimpin bijaksana yang punya sejibun pengalaman. Lagipula , akal tak sekali datang runding tak sekali tiba. Karena segala sesuatu itu tidak selesai sekaligus melainkan berangsur-angsur atau bertahap. Perfect! Sempurnalah pembangunan memajukan Kabupaten Padang Pariaman.
"Pemilu Badunsanak" Padang Pariaman. Pasang Incumbent Ali Mukhni-Suhatri Bur vs Al Fikri-Yulius Danil
Cobalah bayangkan, bagaimana mungkin jika kumbang jinak terbang beredar kalau bukan karena bunga yang kembang ditaman. Semua yang baik pasti akan dilirik!! Itulah kaidah relativitas dalam memanusiawikan manusia. Tapi dunia tentu punya kontradiksi atau semacam ironi. Ya.. Bolehjadi mungkin sebagian kita abai dengan “bakal lesung yang tak dapat dijadikan balok”, dan petuah-petuah lain yang sudah diwariskan mengikuti norma yang berlaku.

Hakikatnya, jangan karena obsesi manusia hilang kendali, lalu lalai dalam harfiah diri. Ketahuilah. Alang berjawab tepuk berbalas, semua perbuatan pasti mendapat balas. Apalagi bila itu konteksnya panggung politik, saat isu-isu miring laku terjual bagai komoditas jelang memasuki medan sampai gelanggang pilkada usai menempuh suksesi.

Sebetulnya penulis tidak bermaksud suudzon (memburuk-burukan) rival politik, baik partisipan, partisan atau  konstituen yang merasa tersinggung karena berseberangan pandangan mengenai metodologi objektifitas tulisan ini, dengan artian metode atau cara yang penulis gunakan dalam membuat karya jurnalistik ini bukanlah suatu kesalahan karena mendahului subjektifitas yang belum pernah terjadi dengan memprediksikan hal-hal yang diukur diluar pikiran manusia. Namun semua ini berpedoman kepada realita yang mampu diimplisitkan melalui terjemahan dari gejolak politik serta dinamika yang disuguhkan.

Penulis juga membantah bila ada sentimen miring pembaca budiman menyangka tulisan ini sengaja dibuat tidak berazaskan ideologi independen seorang jurnalis, dimana ritme tulisan berbanding terbalik penuh husnudzon (berprasangka baik penuh) terhadap pasangan incumbent Ali Mukhni yang secara tak sengaja adalah rival politik pembaca yang budiman hingga kiranya mengira karya dari penulis ini sarat teologi akan pembelotan opini publik. Tidak berimbang karena berisikan tentang sanjungan terhadap Ali Mukhni. Maka diawal mukhadimah karya ini perkenankanlah penulis mempertegas bantahan tersebut bahwa itu, TIDAK BENAR!!

Memahami interaksi didunia politik salah satu factor yang dijadikan tolak ukur utama lebih bertendensi pada logika, sedangkan trik dan intrik menyertai taktik dalam menjalankan analisa. Soal lobbi-lobbi politik manusia wajib menghadirkan akurasi dan kecepatan sebagai senjata nomor wahid demi menuai suksesi semasa pilkada. Namun diantara terobosan yang dibuat dengan komposisi politik yang terstruktur dan massif sekalipun, untuk diketahui tidak pernah pernah ada yang namanya ‘politik sejati’, semua nisbi dalam negara yang menganut sistem demokrasi absolut ini. Tunduk mengabdikan diri kepada rakyat, tanpa terkecuali.

Begitulah perspektif dari penulis mencoba menganalisa gejolak serta dinamika politik yang terjadi saat prosesi pesta demokrasi berlangsung hingga kelak jelang suksesi setelah pilkada Kabupaten Padang Pariaman usai. Akan tetapi substansi penulis disini lebih menyarankan kepada partisipan parpol kubu seberang, para partisan cabup/cawabup manapun dan tak lupa juga kepada para konstituen selaku pendukung paslon cabup/cawabup yang gagal kegelanggang atau yang kalah sebelum berperang, ada baiknya untuk tidak lagi ceroboh mengambil tindakan. Bila tidak, akan berlakulah filsafat, “bengkok batang bengkoklah bayang”.

Minimal tindakan itu untuk kedepan bisa dihargai menetralisir suhu politik, daripada menyajikan obrolan dramatis basi ataupun mengundang seremoni kecil memperpedas bumbu dalam pilkada yang seringkali meramaikan lapau-lapau dengan sengaja menyajikan debat kusir yang puyuh laga memproklamirkan ‘jagoan’nya. Manusia harus luwes berpandangan, sebab derajat seseorang ditentukan oleh sifat perangainya.

Walhasil tak ada faedah yang didapat, yang ada hanyalah mudarat gara-gara kausa sebuah pertanyaan. Yakni tentang “siapa pemimpin kita?” Lagian sewajarnya saja kita sebagai masyarakat yang hidup berjawat dalam kemajemukan di Kabupaten Padang Pariaman memberikan apresiasi kepada Ali Mukhni, seorang bupati (petahana) yang menjiwai ilmu politik santun, punya nawaitu tulus membangun daerah.

Atau memilih bersahaja agar lebih normatif saja, dengan membuang semua ‘penyakit’ kekalutan yang tak jarang menguras emosi, menghindari ekstrimitas warga memicu perpecahan yang tak sungkan mewarnai baku hantam. Kita paham semua itu sebelum pada akhirnya aksi pelaku kriminalitas para provokator berujung bui. Ingatlah jika kita disini satu rumpun, hendaknya sebagai pewaris tahta memberi contoh kepada penerus bangsa didaerah ini dengan menciptakan politik santun dengan tatakrama budaya sebagai maharnya ‘Pemilu Badunsanak’.

Senyatanya waktu yang memaksa. Mau tidak mau, suka tidak suka. Saat ini fakta arif dan lugas telah berbicara. Tegasnya, untuk daerah sekaliber Kabupaten Padang Pariaman sudah barang pasti ada pelangi dibalik awan. Bukankah itu harapan rakyat demi kemajuan daerah yang kita cintai bersama? Asal besi pengapak kayu, asal emas menjadi penduk. Selaras dengan gema kata bijak yang sama-sama pernah kita dengar, “berlayar bernahkoda, berjalan dengan yang tua, berkata dengan yang pandai”. Begitu gambaran kapasitas dari sosok Ali Mukhni sebagai Bupati Padang Pariaman.

Terlepas dari dinamika politik yang terjadi, Drs H. Ali Mukhni memang santer dibilang telah dinobatkan oleh khalayak menjadi bupati terpilih periode 2016-2021, jika begitu sudah pasti tentu merupakan suatu perkara yang terang, tidak ada sedikitpun keraguan kepada Ali Mukhni walau sekejap waktu baru berupa analisa public yang berkembang.

Agar dipahami prospeknya. Sebagai bahan klarifikasi yang dipantau dari akun Facebook KPU Kabupaten Padang Pariaman, sampai hari penutupan pendaftaran paslon cabup/cawabup pukul 16.00 WIB, hanya 2 pasangan calon yang mendaftar ke KPU Kabupaten Padang Pariaman (28/7/15) pada kemungkinan itu sebenarnya dapat dijadikan bahan menelusuri logika pembaca budiman, mencari tahu kebenaran dari tulisan ini.

 Cukup rasional analisa khalayak di Padang Pariaman. “Pasangan calon 1 Ali Mukhni dan Suhatri Bur (PAN, PKB, PKS, GERINDRA, DEMOKRAT, PPP DAN GOLKAR),pasangan Calon 2 Al Fikri dan Yulius Danil (Nasdem dan HANURA).” Ketik dari akun Facebook KPU Kabupaten Padang Pariaman.

Masih terngiang diingatan penulis akan pesan Bupati Ali Mukhni di Pendopo belum lama ini, sebuah hajat yang sangat mulia mengalir dari mulut beliau setelah menanggapi keketiran yang penulis utarakan kepadanya. Dia berucap bijak, “biarkan anjing mengonggong namun khafilah tetap berlalu,” katanya, jangan ada kata menyerah demi mencapai tujuan yang mulia. Derajat seseorang ditentukan oleh perangainya. Itulah prinsip Ali Mukhni dengan segenap jiwa besarnya menghadapai tekanan dan kemelut isu black campaign yang mengaung dipentas politik.

Dan selaku petahana sepantutnya lah ia melanjutkan munajat rakyat dan daerahnya. Selain bicara perihal jiwa besar, kapasitas ditambah kompetensi 2 periode memimpin (1 periode sebagai wakil bupati masa Muslim Kasim) di Kabupaten Padang Pariaman, Ali Mukhni lah satu-satunya bupati diantara seluruh kapilah politik yang menjiwai dewasa ini. Maka yakinlah  segala pekerjaan akan jadi baik hasilnya bila dikerjakan oleh orang yang berpengalaman.

Lagipula, akal tak sekali datang runding tak sekali tiba. Sempurna kiranya meneruskan demi menyelesaikan pembangunan di Padang Pariaman, Ali Mukhni bupatinya. Karena segala sesuatu itu tidak selesai sekaligus melainkan berangsur-angsur atau bertahap. Tapi petahana juga musti ingat! Sekali belukar sudah jadi rimba, diibaratkan bagai arang habis panggang tak masak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melirik Proyek Bangkai SPAM Pendamping IKK Hongaria PT. Citra Karya Indo Raya di Pessel dan Pariaman

PROYEK ABAL-ABAL WINRIP PP-STATIKA CONSORTIUM, TAK SESUAI

“Proyek Siluman” PT Nasiotama Karya Bersama Dinilai Hanya Habiskan Uang Negara