Pilgub Jabar: Potensi Karisma “Perang Bintang” di Dunia Politik dan Animo Penonton Dalam Elektabilitas Pilkada








Tidak seperti Pemilihan Gubernur didaerah lainnya, “Perang Bintang” Pemilihan Gubernur Jawa Barat kali ini tampaknya dihiasi dengan tokoh-tokoh popular didunia pertelevisian nasional. Seperti sebutanya, Kota Kembang, Kota ini dipenuhi dengan sejumlah selebritis yang mendominasi dunia televisi Indonesia. Tak urung jika pada pemilihan kepala daerah kali ini cenderung berasal dari kalangan selebritis, ditambah lagi dunia politik membutuhkan ketenaran serta promosi. Mungkin hal ini menjadi salah satu poin bagi selebriti tersebut untuk berkecimpung ‘banting kemudi’ keranah politik. Lantas bagaimana dengan elektabilitasnya didunia politik, apakah mampu menarik perhatian public seperti saat selebriti tersebut memainkan sebuah perannya di layar kaca ??
Dedi Mizwar, jika dilihat dari potensinya sebagai tokoh senior dalam perfilman nasional pantas mendapatkan apresiasi yang lebih dari pada dua tokoh lainnya Dede Yusuf dan Rieke Diah Pitaloka alias “Oneng”, karena selain sebagai aktor yang slalu berperan protagonist Dedi Mizwar juga bertindak sebagai director dan producer dari beberapa film dan sinetron yang bertema Religi Islami. Dedi Mizwar patut diponten menjadi Calon Gubernur (bukan Wagub) jika dinilai berdasarkan kiprahnya di dunia pertelevisian.
Namun, dunia politik bukanlah panggung hiburan. Keyakinan saya akan kemapanan setiap kandidat dari dunia selebritis tentu bukanlah karena kepiawaiannya dalam berakting, idealnya seluruh kandidat pasti mempunyai visi dan misi masing-masing untuk mensejahterakan serta memperjuangkan nasib Rakyat Jawa Barat untuk masa 5 tahun kedepan. Lantas apa yang menjadi keraguan rakyat Jawa Barat??
Seperti yang dikutip dari salah seorang Kompasianer Joko Dwi Cahyana : Yang menjadi kekhawatiran semua pihak adalah bukan tak mungkin Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat kurang memberikan pembelajaran politik. Sehingga transformasi masyarakat tidak berjalan liner dan kurang mendapat akses untuk melahirkan calon-calon pemimpin yang idealis. Sementara harapan masyarakat Jawa Barat menginginkan pemimpin yang mumpuni baik kemampuan manajerial, leadership, pengalaman dalam birokrasi, dan lain sebagainya, serta penguasaan dan pemahamannya yang menyeluruh tentang otonomi daerah bagi seorang calon gubernur merupakan suatu keharusan dengan segala kompleksitas permasalahan intensnya membutuhkan figur gubernur yang tidak hanya mempunyai mimpi namun mempunyai kemampuan untuk menerjemahkan ke dalam bentuk langkah kebijakan yang strategis demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Bukan malah sebaliknya demokrasi menjadi gagap karena pembelajaran politik dimanipulasi oleh kaum elit semata. Dengan demikian  perwajahan pilgub Jabar  mampu menampakan jati dirinya yang sesungguhnya.
Lantas, atas dasar apa yang membuat Pemilihan Gubernur Jawa Barat disesaki dengan “perang bintang” dan seperti apa kiprah mereka dalam berpolitik ??
Rieke Diah Pitaloka adalah seorang politikus dari PDI Perjuangan yang menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014. Sebelum terjun dalam dunia politik, Rieke adalah seorang penulis buku, pembawa acara, pemain film dan sinetron Indonesia. Rieke lahir di Garut, Jawa Barat pada 8 Januari 1974 dengan nama lengkap Rieke Diah Pitaloka Intan Purnamasari. Dalam dunia sinetron, Rieke sangat identik dengan peran Oneng yang lugu dan suka telmi, dalam serial bajaj Bajuri Rieke aktif dalam kegiatan politik bahkan pernah menduduki jabatan wakil sekretaris jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar. Rieke kemudian mengundurkan diri dari partai berbasis massa Islam tersebut untuk bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarnoputri. Rieke adalah anggota DPR periode 2009-2014 dari PDI-P untuk Daerah Pemilihan Jawa Barat II. Di Dewan Perwakilan Rakyat, Rieke merupakan salah satu anggota dari Komisi IX. Bidang yang sangat ia perhatikan adalah bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Ia merupakan salah satu anggota Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Megawati Soekarno Puteri, Ketua Umum PDIP ini mengaku memilih Rieke-Teten sebagai kandidat dari PDIP lantaran Rieke sebagai puteri daerah dinilai memiliki kapasitas memimpin suatu daerah. Bahkan Mega meninginkan sukses Jokowi di DKI Jakarta menular ke Jabar, dalam hal ini kepada Rieke-Teten sebagai Kepala Daerah di Jabar lima tahun kedepan. Belum lagi Teten Masduki, yang dikenal sebagai pegiat antikorupsi. Sepak terjang Teten di dunia tersebut mencerminkan bahwa Jabar membutuhkan orang seperti Teten. “Saya memilih Rieke karena dia kritis,bersih dan tidak terkontaminasi korupsi,” jelas Megawati kepada fokusjabar.com dalam orasinya.
Dede Yusuf adalah seorang aktor, presenter, atlet, dan juga politikus. Ia mulai terkenal saat terjun ke dunia film dan sinetron laga Indonesia. Setelah berkecimpung lama di dunia entertainment, pria yang mempunyai nama lengkap Yusuf Macan Effendi ini mulai terjun ke dunia politik menjadi anggota DPR dari Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2004-2009 dan kemudian berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat bersama Ahmad Heryawan. Akhirnya Kang Aher terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat dan Dede Yusuf menjadi Wakil Gubernur Jabar periode 2008-2013. Dede berkenalan dengan dunia politik sejak bergabung dengan Kosgoro tahun 1992 sebagai salah satu pengurus pusat. Namun akhirnya dunia perfilman lebih menarik. Dede pun maju sebagai kandidat Ketua Umum PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) yang akhirnya dimenangkan Sys NS, sedang Dede menempati posisi sebagai Sekjen PARFI. Seiring kesibukannya untuk shooting, Dede akhirnya meletakkan jabatan itu. Akhirnya dunia politik praktis menariknya kembali. Dede mendaftar sebagai calon legislatif dari PAN untuk daerah pemilihan Jabar IX (Kuningan-Ciamis-Banjar). Dede pun terpilih sebagai Anggota Legislatif untuk masa jabatan 2004-2009 dan duduk di Komisi VII yg membidangi Energi, lingkungan Hidup, Minyak dan Gas serta Ristek. Pada Pilgub Jabar periode 2008-2013. Dede Yusuf berhasil maju dengan dukungan PAN sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat yang berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersama Ahmad Heryawan sebagai Gubernur terpilih.
Lain halnya Dedi Mizwar, informasi mengenai karirnya di dunia politik tak banyak yang tau bagaimana kiprah Deddy di dunia politik. Cuma saja, nama Deddy Mizwar sempat pernah muncul mencalonkan diri dari jalur independen sebagai calon wakil presiden bersama dengan Brigadir Jenderal Saurip Kadi pada Pilpres 2009-2014 silam. Pasangan ini mendapatkan dukungan dari beberapa partai kecil. Namun usaha nyata ini kandas karena persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden tidak memadai. Kita patut memberikan apresiasi bagi Kang Deddy yang telah berusaha berbuat nyata demi negara, sesuai dengan perannya sebagai Jenderal Naga Bonar. Menjawab pertanyaan pembaca dikolom Kita.Kompas.com, ketika ia mendeklarasikan diri sebagai calon presiden meskipun bukan anggota parpol. Dedi Mizwar memotivasikan dirinya maju dalam pencalonan presiden adalah untuk mendorong anak bangsa berani mencalonkan diri sebagai presiden.

Sumber : http://biografi.rumus.web.id












HTML Hit Counter


HTML Hit Counters


HTML Hit Counter


HTML Hit Counters


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melirik Proyek Bangkai SPAM Pendamping IKK Hongaria PT. Citra Karya Indo Raya di Pessel dan Pariaman

PROYEK ABAL-ABAL WINRIP PP-STATIKA CONSORTIUM, TAK SESUAI

“Proyek Siluman” PT Nasiotama Karya Bersama Dinilai Hanya Habiskan Uang Negara