Bait Sebatang Pohon Tua


Dok. Foto Erison J Kambari


Telah semakin rapuh hidupku.
Bergelut bersama panas dingin melulu.
Pada cuaca yang semakin tak tentu.
Kadang lembab kadang berdebu.
Dan kini harap layu.
Sekeliling nyaris tak kutemui tumbuh.
Generasi penerus yang akan menggantikan ini tubuh.
Kecuali sedikit jumlah tiada tentu.
Dan saling jauh.
-
Generasi yang aku tahu.
Tak mampu jua berikan teduh.
Meranggas tunas usang terhidu.
Pada lahan yang kini sudah tak lagi pada mutu.
Dan air lalu tiada terserap utuh.
Tersesat pada lapis-lapis tebing kaca pasir jua batu.
Yang nyata berdiri angkuh.
-
“tolong, jangan tebang aku.”
Ratap saudaraku lalu.
Hanya menjadi bisikan bisu di angin lalu.
Pada tangan-tangan angkuh.
Tiada ragu babat sudah satu persatu.
Hingga penjuru.
Hingga sudut yang tiada pernah aku tahu.
Tak terbilang sungguh.
-
Manusia, masihkah tidak kau pedulikan itu.
Dan tetap turutkan segala mau.
Segala hendak yang lekat bersama nafsu.
Saat bumi yang kau tunggu.
Benar-benar kehilangan rasa teduh.?
Jawab itu jawab kataku.
Pun hanya dengan bisik hatimu.
Jika memang kau masih punya segumpal darah itu.
Dan kalau kau dengar suaraku.
Tentu.
-




HTML Hit Counter



======================================================================================



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melirik Proyek Bangkai SPAM Pendamping IKK Hongaria PT. Citra Karya Indo Raya di Pessel dan Pariaman

PROYEK ABAL-ABAL WINRIP PP-STATIKA CONSORTIUM, TAK SESUAI

“Proyek Siluman” PT Nasiotama Karya Bersama Dinilai Hanya Habiskan Uang Negara