Hati-hati dengan Acara TV yang Melakukan Pembodohan

Illustrasi Admin Kompasiana.com (Shutterstock)
Siapa lagi orang Indonesia yang tidak kenal dengan acara “On The Spot”. Tayang setiap hari di Trans 7 pada jam prime time membuat acara ini sangat mudah menjadi populer. Sasarannya juga sangat umum, ringan untuk kaum tua sampai anak-anak membuat jangkauan acara ini sangat luas. Terlebih lagi dengan tema-tema yang fenomenal, fantastis, bombastis cukup memaku pemirsanya untuk tidak mengubah channel. Benarkah?
ON THE SPOT +TRANS 7 (Dok. twtrland.com)
Jujur, dulu ketika acara ini awal-awal tayang, saya sangat menyukai acara ini, sampai-sampai masuk dalam daftar acara yang wajib ditonton setiap hari. Alasannya, selalu penasaran tema-tema unik apa yang akan disuguhkan. Tetapi belakangan saya baru tersadar kalau selama ini saya benar-benar berhasil dibius bahkan yang paling parah dibodoh-bodohi oleh acara ini. Percayalah, jika Anda juga pecinta acara ini, Anda bernasib buruk sama seperti saya.

Sadar tidak sadar acara ini hanya menyampaikan cerita-cerita/kisah-kisah bohong belaka. Cerita-cerita bohong ini berusaha ditutup-tutupi dengan tema-tema fenomenal untuk meyakinkan pemirsa bahwa apa yang mereka sajikan memang benar adanya. Saya berani mengatakan ini “pembohongan” karena mereka (pihak On The Spot) tidak memiliki sumber jelas yang bisa dipercayai, mereka tidak melakukan riset sendiri, mengirimkan bahan-bahan ke laboratorium atau mengirimkan tim jurnalis yang bertugas untuk menghimpun data. Ini sebuah kesalahan fatal. Masih ada ada yang lain, mari kita lihat.

Pertama, sadar tidak sadar sebenarnya “On The Spot” ini termasuk acara yang tidak jelas bentuk dan arah tujuannya. Kenapa? Sekarang saya akan bertanya, menurut Anda, “On The Spot” itu acara berita (memberikan informasi yang akurat dan terpercaya) atau hiburan (easy watching, bisa membuat kita tertawa, menangis, ketakutan, dll) semata? Bingung kan? Sepertinya, pihak Trans Corp ingin menjadikan suatu acara berita yang menarik untuk dinikmati. Disinilah kesalahan fatal lainnya. Suatu berita tetap bisa menarik dan menghibur atau sebaliknya acara hiburan bisa menjadi berita tanpa melebih-lebihkan salah satu sisinya untuk membuat seolah-olah berita atau hiburan.

Jika kita ingin memasukkan “On The Spot” sebagai acara berita, apakah semua berita yang dirangkum oleh “On The Spot” bisa kita percayai sehingga bisa dijadikan patokan dan bahan referensi? Sama sekali tidak. Tidak ada satupun yang bisa dipercayai karena sumbernya tidak jelas. Mari kita bandingkan dengan acara “VOA Indonesia” di Metro TV. Acara ini termasuk berita yang menambah pengetahuan tetapi dikemas menarik dan menghibur. Keakuratan beritanya jelas karena pihak Metro TV menempatkan jurnalisnya sendiri untuk meliput berita.
Jika kita ingin memasukkan “On The Spot” sebagai acara hiburan, mengapa mereka dengan berani menggunakan istilah 7 terbaik, 7 teraneh, 7 terunik, dll yang mengesankan seolah-oleh itu merupakan pengetahuan yang penting untuk diketahui semua orang. Sadar tidak sadar, itu hiburan yang sangat aneh. Mari kita bandingkan dengan “Ranking 1”. Ini merupakan acara hiburan yang manarik tetapi juga bisa sebagai referensi untuk menambah pengetahuan.

Kesalahan fatal berikutnya adalah ketiadaan sumber yang jelas. Ini adalah kesalahan paling fatal acara ini. Mereka berani merangkum suatu tema menjadi 7 ter- dengan sumber utama, YouTube. Parah sekali bukan? Mereka berani menyatakan 7 ikan terunik atau 7 penipuan terbesar di dunia atau 7 pernikahan paling unik dll hanya berdasarkan pilah-pilah video-video dari YouTube. What the hell! Dari mana sumbernya? Apakah kita bisa mempercayai YouTube? Jawabannya 100000% tidak. 

Zaman sekarang, apapun bisa diunggah orang ke YouTube, termasuk kebohongan. Misalnya kejadian yang baru-baru ini terjadi. Seseorang mengunggah video peristiwa terjangan asteroid di Russia di YouTube yang sangat menghebohkan. Belakangan diketahui ternyata video itu merupakan hoax, hanya mencari sensasi saja. Sekarang, bagaimana kalau video yang ditayangkan oleh “On The Spot” itu adalah hoax atau bentuk kebohongan lainnya? Tidak ada yang tahu karena sumber yang tidak jelas. Tapi lihatlah, mereka menayangkannya dengan sangat meyakinkan.

Kita sebagai pemirsalah yang sangat dirugikan. Dengan kemasan yang sangat menarik dengan bumbu-bumbu fenomenal, kita dipancing untuk mempercayai semua yang disajikan “On The Spot”. Disinilah letak tidak mendidiknya acara ini. Yang paling mengerikan adalah acara ini tayang di prime time dimana biasanya jumlah penonton paling banyak. Keluarga-keluarga biasanya berkumpul di depan televisi pada jam-jam ini termasuk anak-anak. Apa jadinya jika anak-anak menonton acara ini dan mempercayainya? Yakinlah anak-anak kita telah salah didik dengan kisah-kisah yang tidak pasti kebenarannya.

Untuk lebih membuka mata kita akan kebohongan besar ini adalah dengan memperhatikan narasi pada setiap video yang ditayangkan “On The Spot”. Coba kita pikir, darimana mereka menghimpun narasi itu karena setahu saya tidak semua video-video di YouTube yang dilengkapi dengan informasi tentang video tersebut. Sebagai contoh, sebuah video yang menayangkan kelucuan anak-anak. Kemudian si narator menjelaskan bahwa video itu direkam oleh ayahnya ketika liburan musim panas di pantai X. Oke lah kalau pihak yang mengungah video tersebut menjelaskan dengan sangat rinci detail dalam video itu, mulai dari siapa yang memegang kamera, siapa yang di-shooting, tempat kejadian, waktunya, dll. Jika video tersebut tidak memuat informasi, kemudian darimana mereka mendapat narasi panjang lebar yang bercerita tentang video tersebut? Mereka hanya mengarang saja? Dipastikan.

Sebagai pembanding, beberapa hari yang lalu saya menonton acara “Animal Countdown” milik National Geographic yang disiarkan di TV berbayar. Acara ini memuat berbagai tema yang kemudian dirangkum menjadi 10 besar. Contoh tema yang saya tonton waktu itu adalah 10 hewan yang memiliki cara bertahan hidup paling hebat di dunia. Nat Geo berani merangkum ke-10 hewan ini dan mengatakan “ter-“ melalui riset ilmiah dan pengumpulan data yang panjang sehingga tingkat kepercayaannya sangat tinggi. Ini merupakan acara berita yang sangat menghibur untuk ditonton. 

Saya melihat sebanarnya “On The Spot” menyadari kekurangan ini mencoba minta maaf kepada pemirsanya dengan menambah embel-embel “…versi On The Spot…”. Siapa bilang itu versi “On The Spot”? Lebih tepat dikatakan versi YouTube. Mereka tidak melakukan riset apa-apa, hanya menemukan tema fenomenal kemudian dicari di YouTube, selesai sudah. Terlebih, belakangan ini acara ini semakin parah. Banyak tema dengan video yang terlalu dipaksakan. Sepertinya mereka semakin kehabisan stok video di YouTube.
Mungkin terkesan saya terlalu menghakimi “On The Spot” tetapi ini juga berlaku untuk acara-acara sejenis, seperti “Hotspot”, “CCTV”, dan acara-acara di stasiun lain yang sejenis. “On The Spot” hanya sebagai contoh karena murupakan acara terbesar untuk jenis ini.

Saya menulis ini bukan karena membenci acara ini tetapi ingin membuka wawasan dan cara pandang kita atas apa yang tidak kita sadari selama ini. Dengan menulis ini, saya memutuskan untuk tidak menonton “On The Spot” dan yang sejenisnya lagi, demi kebaikan otak saya. Semua kembali kepada kita masing-masing dan semoga tulisan ini bisa bermanfaat.
Salam otak sehat!

Artikel terkait : 

Tulisan Kompasianer - Ferry Silitonga

HTML Hit Counter




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melirik Proyek Bangkai SPAM Pendamping IKK Hongaria PT. Citra Karya Indo Raya di Pessel dan Pariaman

PROYEK ABAL-ABAL WINRIP PP-STATIKA CONSORTIUM, TAK SESUAI

“Proyek Siluman” PT Nasiotama Karya Bersama Dinilai Hanya Habiskan Uang Negara