Kepekatan Premanisme dalam Dunia Politik



Illustrasi (Dok. trikapa.blogspot.com)


Siapa yang tidak tau dengan julukan Hercules, terlahir di Dili, Kabupaten Ainaro dengan nama lengkap Rozario Marzal. Awalnya, Hercules bukanlah siapa-siapa, Hercules hanyalah seorang pemuda dengan al-kisahnya sekitar tahun 1975 di Dili, Timor Timur. Ketika itu julukan Hercules terlahir setelah ia bertemu dengan Kolonel (Purnawirawan) Gatot Purwanto yang waktu itu sebagai Komandan Batalyon Kostrad (yang pertama terjun untuk mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia), persisnya nama Hercules sendiri merupakan nama sandi di radio komunikasi, seperti yang dilansir Gatot dalam artikel Jatuh-Bangun Jawara Tenabang, majalah Tempo, 21 November 2010.

Tugas Hercules pada saat itu selama pertempuran melawan pasukan gerilyawan fretelin. Ia ditugaskan menjadi Tenaga Bantuan Operasi (TBO) Kopasus dengan dipercayakan menjaga gudang amunisi, hingga menyebabkan tangannya sebelah kanan buntung dan mata sebelah kanan juga buta akibat konflik serangan bersenjata dari pasukan fretelin, sampai mengharuskan Hercules untuk menjajaki tanah Ibukota agar menjalani operasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, Jakarta dan mendapatkan tangan dan mata palsu. Waktu mengirimkan logistik, kata Gatot, Hercules mengalami kecelakaan helikopter. Tangan kanannya putus dan harus menjalani operasi. Gatot lalu memboyong Hercules ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Singkat cerita, lanjutnya Hercules memasuki Jakarta dengan mengikuti pelatihan ketrampilan elektronik dan perbengkelan di sebuah yayasan yang didirikan oleh Siti Hardijanti Rukmana bernama Yayasan Tiara yang terletak di Cijantung, Jakarta. Dan tahun 1987, Hercules memasuki babak baru di Tanah Abang dengan membentuk sebuah kelompok preman baru dari etnis Timor-Timor. Pada 1987, Hercules masuk ke daerah Bongkaran di Tanah Abang. Alhasil, Hercules berhasil mengusir kelompok dari etnis Betawi, Bugis dan Surabaya, dan menguasai tip uang keamanan pedagang, angkutan umum, prostitusi, dan mengelola perjudian dalam kurun waktu 10 tahun kedepan, yakni di tahun 1997 kepemimpinan premanisme Hercules berakhir akibat bentrokan yang menyebabkan dua anak buahnya tewas dalam keributan antar kelompok. Perselisihan kelompok Hercules versus Muhammad Yusuf Muhi alias Bang Ucu Kambing yang didukung oleh warga sekitar Tanah Abang selama dua hari beruntun membuat Hercules dan anggotanya hengkang dari Tanah Abang.

Namun nahas, ditahun 2005 Hercules sempat ditahan di Rutan Polda MetroJaya dengan tuduhan dinilai bertanggung jawab atas penyerangan terhadap kantor redaksi Indopos, tak berlangsung lama, pada 2006 Hercules dikabarkan memulai bisnis kapal dan perikanan. Dan pada Sepetember 2006 berhasil memimpin Akademi Sekretaris Saint Mary.

Hercules memang dikenal sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Rakyat Indonesia Baru. Organisasi yang didirikan pada September 2011 lalu itu membantu korban kebakaran di Sawah Besar, Jakarta Pusat.September 2011, Ormas Gerakan Indonesia Baru (GRIB) berdiri dan diketuai oleh Hercules, GRIB sendiri berdiri dengan tujuan memberdayakan dan membantu kaum tertindas, juga sekaligus mendukung sobatnya Prabowo Subianto menjadi calon Presiden 2014.

Ditahun 2012 nama Hercules mencuat menyembunyikan Irene Tupessy di rumahnya dan ia juga dituduh terkait sebagai pelaku atas kasus pembunuhan pada tanggal kejadian 23 Februari 2012 di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto. Namun ia membantah keterlibatannya dari kronologis (Pada Kamis dinihari, 23 Februari 2012 lalu, sekitar 15 orang menyerang pelayat Bob Stanley Suhusilawane, pasien RSPAD yang meninggal dunia karena kanker, di rumah duka RSPAD, Jakarta Pusat. Dalam serangan itu, dua pelayat tewas ditebas senjata tajam, yaitu Stanley Ayweno, 37 tahun, dan Ricky Tutuboy, 37 tahun. Empat pelayat lain luka berat, yaitu Oktafianus Mag Milion, 35 tahun, Yopi Jonatan Berhitu (35), Errol Karl Latumanui (38), dan Jefrry Ha Kailola (38)) tuduhan tersebut, Hercules mengaku bahwa yang membawa Irene adalah saudaranya Boby. Juni 2013 Hercules mendapat gelar sebagai Kanjeng Raden Haryo Yudopranoto (Kesatria Penata Perang) dari Keraton Surakarta.

Dan saat ini Hercules terancam dijerat oleh polisi dengan Pasal 368 KUHAP tentang pemerasan. Hercules dituduh memeras para pemegang proyek. Sekali memalak, jumlahnya bisa ratusan juta rupiah dengan hanya meminta uang, ia juga kerap memalak bahan bangunan. Akibatnya Hercules dijerat Pasal 160 (menghasut), Pasal 214 (melawan petugas yang sah), Pasal 170 (pengeroyokan), dan UU Nomor 12 Tahun 1951 (kepemilikan senjata). Polisi sampai kini belum memproses permohonan penangguhan penahanan Hercules. Alasannya, polisi masih berfokus pada pemberkasan kasus premanisme yang dilakukan oleh Hercules. Polisi masih mendalami uang hasil pemerasan yang diduga dilakukan oleh Hercules Rozario Marshall dan anak buahnya.


Sumber :: http://www.tempo.co/

HTML Hit Counter



======================================================================================





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melirik Proyek Bangkai SPAM Pendamping IKK Hongaria PT. Citra Karya Indo Raya di Pessel dan Pariaman

PROYEK ABAL-ABAL WINRIP PP-STATIKA CONSORTIUM, TAK SESUAI

“Proyek Siluman” PT Nasiotama Karya Bersama Dinilai Hanya Habiskan Uang Negara